Baru-baru ini kita dihadapkan dengan musibah yang dating tak diduga-duga. Hujan disertai angin kencang berubah menjadi monster yang menakutkan.
Dalam sekejap hujan itu merendam banyak pemukiman penduduk, dan dalam sekejap, angin juga itu memporak porandakan banyak bangunan. Alam seperti memberi kode, mereka kecewa dengan apa yang sudah kita lakukan.
Musibah baru-baru ini dirasakan Warga perumahan Pondok Ungu Permai. Sebanyak 69 rumah rusak. Satu mobil pecah kacanya tertimpa tiang roboh. Beruntungnya kita masih diberikan keselamatan dan kesehatan saat menghadapi musibah itu semua.
Ditambah lagi wisata Situ Rawa Gede, Bojong Menteng ikut tersapu dengan kencangnya angin putting beliung. Atap bangunan gedung kesenian dibuat tak berdaya, dan harus runtuh satu per satu materialnya. Lagi-lagi semua penduduk di sekitar lokasi terselamatkan.
Itu belum seberapa, alam belum mengeluarkan amarah sebenarnya. Alam masih sayang sama kita. Ancaman bencana besar masih ada di depan mata. Banjir dan angin putting beliung bisa sewaktu-waktu datang kapanpun.
Kita harus ingat Ancaman hulu sungai Cileungsi dan Cikeas masih terus mengintai. Kita harus pahami kedua aliran itu bila terjadi puncak ketinggian air, dalam sekejap bisa menyapu pesisir Bekasi. Banjir 25 Oktober 2020, ketinggian air di Hulu Cileungsi sudah mencapai 600 centimeter.
Itu yang membuat dalam sekejap delapan perumahan di aliran Kali Bekasi terendam banjir setinggi 30 centimeter hingga 2 meter.
Kita teringat dengan musibah yang dialami Bekasi tahun 2014 lalu. Perumahan Pondok Gede Permai, Kecamatan Jatiasih direndam air dengan ketinggian mencapai 3 meter. Kemudian awal tahun 2020 lalu, banjir kembali perumahan itu, dengan ketinggian 6 meter.
Komunitas Peduli Sungai Cikeas dan Cileungsi mencatat banjir di awal tahun 2020, ternyata ketinggian air di Hulu Cileungsi mencapai 540 centimeter. Lebih tinggi ketinggian air yang menyebabkan banjir pada 25 Oktober 2020, yakni 600 centimeter.
Beruntungnya, kondisi Kota Bekasi dan sekitarnya tidak ikut hujan. Bila sama seperti hulu yang dilanda hujan, maka bisa saja banjir akan lebih dahsyat ketimbang awal januari 2020 lalu. Wallahualam.
Pemerintah daerah hanya bisa melakukan antisipasi. Memberikan peringatan banjir akan dating. Memberikan penyelamatan dalam evakuasi korban banjir. Dan memberikan bantuan kepada warga yang menjadi korban.
Semua itu seperti sudah ditulis dalam program. Program perencanaan yang mengeluarkan biaya tak sedikit. Sepatutnya, banjir bisa dicegah, bukan diantisipasi. Akankah kejadian ini terus terjadi sampai anak cucu kita nanti. (*)
Berikan ulasan