Masih ingat, Bajaj yang direncanakan menjadi moda transportasi lingkungan gagasan Pemerintah Kota Bekasi. Kalau tidak salah dulu pertama kali di louncing tahun 2016 lalu, dengan menguji coba 20 kendaraan.
Warnanya biru, berkabin kuning dan berbahan bakar gas. Tujuannya menjadi kendaraan ramah lingkungan yang mampu transit dari rumah ke transportasi umum. Bajaj ini keluran pabrikan PT TVS.
Sejak direncnakan beroperasi, pengisian bahan bakarnya sudah ditentukan di dua titik. Pertama di Jalan Cut Mutiah, dan kedua di Jalan Sultan Agung.
Belakangan bajaj sudah tidak terdengar lagi. Sesekali hanya melihat seleweran di jalan-jalan. Tidak banyak. Paling satu atau dua bajaj yang melintas. Itu pun jarang.
Dinas Perhubungan Kota Bekasi selaku main projek nya pun terkesan cuek. Tidak ada lagi komentar di media massa terkait operasional bajaj.
Malah mereka lebih serius mengatur ojek daring. Transportasi yang tidak memiliki inkam pendapatan kas daerah ini justru lebih banyak diseriusi. Konsistensi pemerintah daerah untuk menciptakan transportasi lingkungan pun dianggap gagal.
Kalau gagal, patut dikoreksi pemakaian keuangannya. Tentu banyak anggaran yang sudah dihabiskan untuk mendukung sarana dan prasarana bajaj. Harus ditanya siapa penggunanya
Misalkan pembelian 20 bajaj untuk tes uji coba harus di tinjau. Tentu pembelian itu pun disetai perawatannya. Wah banyak dong uang negara yang dipakai. Tapi yah sudahlah, para penegak hukumnya aja diam.
Berikan ulasan