Bagus tak henti-henti memandangi layar handphonenya, sesekali ia mengalihkan pandangan ke langit dengan tatapan kosong di malam yang dingin itu. Di sebuah pos ronda, di bilahan Pondok Gede, Bekasi, Bagus duduk sendirian menunggu orderan penumpang ojek online (Ojol).
Jam di ponselnya sudah menunjukan pukul 02.00 WIB, namun orderan yang Bagus tunggu belum juga datang. Bagus yang mulai lelah dan ngantuk, malam itu memilih untuk pulang. Namun saat ia hendak memacu motornya, tiba-tiba ponselnya berbunyi, sebagai tanda ada orderan masuk.
Tak pikir panjang, Bagus yang memang sedari tadi menunggu orderan memutuskan untuk menerima orderan yang baru saja masuk ke handphonenya. Ia lantas bergegas menuju lokasi untuk menjemput penumpang.
Kira-kira lima menit, Bagus sampai di lokasi, di sebuah jalan raya, ada seorang perempuan sudah menunggunya. Ia lantas menanyakan sosok perempuan berambut panjang yang ada di hadapannya.
Bagus lantas memaggil nama penumpang yang bernama Widia, sesuai dengan nama yang tercantum dalam aplikasi ojol miliknya. Tak ada jawaban keluar dari mulut penumpangnya itu, hanya anggukan kepala sebagai tanda jawaban kepada Bagus.
Setelah helm diberikan kepada penumpangnya, penumpang lantas naik ke motor Bagus. Bagus pun mulai memacu motornya dengan kecepatan sedang ke alamat tujuan. Sepanjang jalan, penumpangnya itu tidak berucap sepatah kata pun.
Hanya tepukan tangan di pundak Bagus, sebagai tanda jawaban dari pertanyaan Bagus. Seperti, apakah arah jalan benar atau salah. Jika benar, sipenumpang menepuk pundak Bagus satu kali, namun jika salah, maka pundak Bagus ditepuk lebih dari satu kali.
Tak terasa sudah lima belas menit Bagus memacu motornya, suasana malam itu sudah begitu sepi, hanya satu dua kendaraan saja yang Bagus temui sepanjang jalan. Sementara, perjalanan masih jauh kira-kira sekitar dua puluh menitan lagi baru sampai.
Sepanjang jalan, Bagus tak menaruh kecurigaan sedikitpun terhadap penumpangnya itu. Bagus hanya berpikir, bahwa sang penumpang memang enggan berbicara sehingga memilih memberi kode atau aba-aba sepanjang perjalanan.
Sesekali ia melirik ponselnya, untuk melihat GPS memastikan lokasi yang ia tuju benar. Hingga tak terasa, sampailah ia di lokasi tujuan. Bagus lantas menghentikan motornya, ia kemudian berkata memberitahu penumpang bahwa sudah sampai di alamat pemesanan.
Sang penumpang lantas turun dan menyerahkan helm kepada Bagus sembari memberikan uang pecahan seratus ribu. Bagus lantas menolak, ia meminta agar dibayar dengan uang pas saja karena tidak ada kembalian. Penumpang lantas memberi kode dengan lambaian tangan yang mengisaratkan Bagus untuk mengambila uang darinya tanpa harus dikembalikan.
Bagus kemudian mengucapkan terimakasih kepada penumpangnya itu dan segera bergegas untuk pulang. Sepanjang jalan Bagus kegirangan karena tidak menyangka dapat rejeki nomplok ketemu penumpang baik, sekalipun terlihat aneh.
Di perjalanan menuju rumah, Bagus melihat ada sebuah warung kelontong yang masih buka, ia lantas menghentikan motornya untuk membeli rokok. Saat hendak membayar, Bagus begitu kaget ketika uang bayaran ojek yang ia keluarkan dari saku celananya sudah berubah menjadi daun.
Apes, begitu Bagus menggerutu. Seketika bulu kuduknya merinding. Bagus lantas memilih segera bergegas pergi meninggalkan warung sambil menaruh kembali rokok yang tidak jadi ia beli lantaran uang yang ia punya sudah berubah jadi daun.
Sang pemilik warung merasa keheranan dengan ulah Bagus itu. Sementara sepanjang jalan Bagus ketakutan karena tak menyangka bahwa ia telah membawa sosok yang ternyata bukanlah manusia.
Sampai di rumah kos-kosan petak yang ia sewa , Bagus langsung memilih masuk ke kamar dan mengambil selimut. Bagus mendadak meriang usai peristiwa aneh yang dialaminya.
Siangnya, Bagus kemudian menceritakan apa yang ia alami kepada rekan-rekannya di pos ojeg tempat ia biasa mangkal. Penasaran dengan cerita Bagus, akhirnya teman-temannya meminta Bagus ke lokasi tempat semalam ia menghantar penumpang.
Begitu kagetnya Bagus dan teman-teman, ketika sampai lokasi tujuan. Di sana, tidak ada rumah, hanya ada tanah lapang yang jauh dari pemukiman dan tidak jauh dari situ ada komplek pemakaman warga.
Catatan: Cerita ini diambil dari penuturan salah seorang driver ojol kepada penulis tentang pengalaman yang dialami rekannya. Sedangkan nama tokoh adalah nama samaran atau bukan nama sebenarnya.
Berikan ulasan