Gelombang mobilisasi kontra aksi yang dilakukan kader² PDI Perjuangan untuk merespon cepat pembakaran bendera partai Moncong Putih dan melaporkan ke kepolisian negara seperti pukulan balik yang langsung melumpuhkan agenda² politik terselubung dari kelompok anti RUU-HIP.
Isu utama mereka soal komunisme telah berbagai cara dan modus selama ini tak berbanding lurus dengan kurva keberhasilan pengelolaan isu. Maka momentum RUU-HIP disulap menjadi -panggung besar- untuk mendisain ulang formula isu.
RUU-HIP adalah produk politik, representasinya partai² politik. Dititik inilah, PDI Perjuangan diseret untuk mendeclare adanya komunisme. Tak perlu membawa parpol lain. Cukup PDI Perjuangan karena ada anggapan yang mereka yakini, yakni common sense !. Pede banget ya, mereka lupa bahwa banyak hal yang juga dipahami publik bahwa dari semua partai yang ada pasca reformasi: PDI Perjuangan adalah korban kebrutalan kekuasaan orde baru (!). Ada ahistoris jika persoalan ini didelete dalam memori publik. Pikiran ceroboh !.
Untuk memukul pemerintahan Pakde JO, pintu utamanya adalah menenggelamkan PDI Perjuangan, dengan cara apapun. Maka jika dalam aksi² sebelumnya dengan isu komunisme mereka cetak dan buat sendiri bendera PKI untuk dibakar sendiri, dalam aksi 246; bakar bendera PDI Perjuangan !. Harapannya adalah masyarakat mau diajak menjadikan PDI Perjuangan sebagai general enemy, menjadi musuh bersama. Sebab, itu syarat utama sebuah perubahan yang revolusioner.
Dengan menjadikan PDI Perjuangan sebagai musuh bersama, maka akan lebih mudah menerapkan cetak biru revolusi yang mereka harapkan. Terus menerus menggerus PDI Perjuangan akan membuka pintu lebar-lebar istana, pintu DPR dan semua pintu yang selama ini tertutup rapat untuk golongan mereka.
Unpredictable response (!). Mereka hanya menikmati skenario politik dalam sekejap, setelah itu gagap. Kegagapan mulai terasa saat keterangan² dari elit gerakan mereka tak beraturan lagi. DPP PDI Perjuangan melalui perintah harian Ketua Umum Megawati Soekarnoputri bertindak cepat demi menjaga citra, harga diri dan martabat partai mengintruksikan untuk menempuh jalur hukum (!). Pelaporan atas pembakaran bendera partai dilakukan di sejumlah wilayah sepanjang 25-29 Juni.
Permainan ala Kuda Troya atau Kuda Trojan; berhenti !. Bisa dipastikan agitasi propaganda untuk pembusukan PDI Perjuangan bukan saja tak sesuai rencana, tapi malah jauh dari itu adalah jungkirbalik tak tentu arah, layaknya naik gerobak ditarik sapi gila (!).
Mungkin saja mereka mengevaluasi dihadapan para bohirnya bahwa skenario belum final, masih ada plan B-C-D dan seterusnya. Bukankah perdebatan RUU-HIP masih bisa digoreng?. Isu penghianatan ideologi oleh PDI Perjuangan melalui usulan di RUU-HIP masih sangat mungkin dimainkan?
Politik adalah momentum, dan momentum pembakaran bendera PDI Perjuangan justru mengundang simpati publik kepada PDI Perjuangan. (Cek beberapa rilis survei yang menjadikan elektabilitas PDI Perjuangan mendominasi). Artinya, kegagalan bagi para penghujat dan pembenci PDI Perjuangan sangat jelas tidak saja dalam kontruksi gerakan dan pengelolaan isu, tapi juga mengatrol peta eletoral PDI Perjuangan...haha. Ups !
Saya, dan semua kader PDI Perjuangan akan selalu setia pada Pancasila. Mencintai Pancasila tak mengenal batas ruang dan waktu, tak perlu main petak umpet dan slogan² kosong. Pancasila bukan kredo (!).
PDI Perjuangan adalah anak kandung Pancasila. Dalam benak dan kewarasan paling awam dan dangkal sekalipun, tak secuilpun tersedia nokhtah meninggalkan Pancasila.
Salam Juang,
Merdeka !!!
Panjang Umur Perjuangan !!!
HENU SUNARKO
PDI Perjuangan Jawa Barat
Berikan ulasan