Anterior Ligamen Cruciatum (ACL) paling sering terjadi pada individu muda dan aktif yang berdampak negative pada jangka fisik dan psikologis jangka Panjang. Selama periode 16 tahun, tren cedera mungkin terjadi dipengaruhi oleh beberapa factor, termasuk peningkatan partisipasi atletik, perubahan aturan dan kebijakan NCAA, dan evolusi berkelanjutan dari praktik kedokteran olahraga. Dilaporkan bahwa dua hingga sepuluh kali lipat jenis kelamin wanita lebih besar kesempatan terkena cedera ACL. Untuk mendiagnosis ruptur ACL secara akurat, dikumpulkan informasi dari Riwayat pasien, pemeriksaan klinis, dan MRI. Pecahnya ACL sering terjadi bersamaan dengan cedera meniscus, kartilago, dan ligament lutut lainnya. Pertimbangan khusus harus diambil untuk mendiagnosis cedera penyerta yang substansial secara akurat. Pecahnya ACL dicurigai apabila mekanisme cedera melibatkan perlambatan atau percepatan kombinasi beban valgus lutut, terasa ada bunyi “pop” pada saat cedera, atau hemartrosis dalam waktu 2 jam setelah cedera.
Di Amerika Serikat sebanyak 250.000 orang menderita rupture ACL per tahun. Partisipasi telah meningkat diantara kedua jenis kelamin yaitu peningkatan 80% pada wanita dan peningkatan 20% pada pria, Tingkat cedera ACL meningkat rata-rata 1,3% pertahun selama periode sampel. Sekitar 5000 cedera ACL dilaporkan selama 16 tahun, rata-rata 313 per tahun dalam sampel ini. Dengan asumsi sekitar 15% dari total populasi yang setara dengan 2000 cedera ACL dalam 15 aktifitas olahraga. Sepak bola memiliki jumlah cedera ACL tertinggi sebesar 53%. Tiga dari empat olahraga dengan tingkat tertinggi adalah pada populasi wanita yang mengikuti olahraga gymnastic, bola basket, sepak bola. Semuanya memiliki tingkat cedera ACL yang jauh lebih tinggi daripada olahraga lainnya. Cedera ACL terjadi dengan frekuensi yang lebih sedikit tetapi sering kali membawa konsekuensi Kesehatan yang lebih signifikan.
Intervensi unilateral (ACLRU) dan pasien ACL rekonstruksi primer (ACLRP) yang bertujuannya untuk kembali berolahraga setelah mengalami rekonstruksi ACL. Pada ACLRU dilakukan uji coba RCT kedalam 2 group, perturbation training (PERT) dan standard treatment group (STND) sedangkan pada ACLRP dilakukan uji coba ke dalam 2 grup yaitu rehabilitation care alone (control group) dan rehabilitation care plus smartphone application back in the game (experimental grup). Pasien ACLRU yang terdaftar akan menyelesaikan pengujian awal dan 10 sesi pengobatan yg diikuti dengan sesi uji tindak pasca pelatihan sellama 1 tahun dan 2 tahun, pengujian akan diselesaikan tidak lebih dari dua minggu sebelum inisiasi dan dua minggu setelah selesainya 10 sesi Latihan. Pada pasien ACLRP back in the game adalah program 24 minggu yang dikirimkan melalui internet berdasarkan terapi perilaku kognitif. Hasil sekunder menilai partisipasi aktivitas fisik yang dilaporkan setiap 2 minggu selama 12 bulan dan tindak lanjut setiap 4 minggu hingga 24 bulan, new knee injuries, factor psikologi, kualitas hidup dan fungsi hidup. Intervensi kinesio tape pada ACL bertujuan untuk mengetahui efek KT terhadap kinesiophobia, balance, dan kinerja fungsional pada atlet setelah rekonstruksi ACL. Subjek secara acak dimasukan ke dalam kelompok kinesio tape (KT) atau kelompok KT placebo. Hasil RMANOVA menunjukan bahwa pada kelompok KT dan KT placebo terdapat perbedaan variable yang signifikan dari waktu ke waktu dengan ukuran efek yang besar. Penelitian ini tidak memberikan dukungan efek menguntungkan dari kinesio taping pada pengurangan kinesiophobia atau peningkatan skor keseimbangan dan kinerja fungsional pada atlet dengan rekontruksi ACL. Banyak temuan menunjukan tentang efek KT pada berbagai masalah. Namun, temuan tentang efektivitas KT ini bertentangan. Intervensi ACL menggunakan secondary prevention exercise (SAPP) dan SAPP plus perturbation (SAPP + PERT) bertujuan untuk mengatasi gait analysis yang menyimpang. Tidak ada peningkatan yang signifikan dari pra pelatihan ke pasca Latihan di kedua kelompok intervensi. Baik SAPP maupun SAPP + PERT tampaknya tidak efektif dalam mengubah mekanisme gaya berjalan pada pria dalam jangka pendek.
Pada studi intervensi kinesio tape terdapat kontra pada bagian hasil karena hipotesa pada studi ini adalah KT mungkin efektif dalam meningkatkan kontrok neuromuscular lutut dan bisa menjadi pengobatan suportif bersama dengan intervensi rehabilitas lainnya. Tetapi, hasil menunjukan KT tidak memberikan efek apapun.
Pada kasus cedera ACL resiko penderita paling banyak dialami oleh para atlet, terutama atlet perempuan. Diperlukan uji klinis yang dirancang dengan baik dengan argument yang kuat dan memadai serta studi tambahan sangan diperlukan untuk mengevaluasi kefektifan suatu intervensi.
Berikan ulasan