Pada tahun 2017, pianis terkemuka Israel / Amerika Yael Weiss meminta 32 komponis dari berbagai belahan dunia untuk menulis satu komposisi untuk piano yang dikaitkan dengan salah satu Sonata dari Ludwig van Beethoven dan peristiwa tentang hak azasi manusia yang ada di negara masing-masing. Mengapa 32? Karena Beethoven telah menciptakan 32 Sonata yang dianggap mahakarya untuk piano, salah satunya adalah "Moonlight Sonata".
Dengan tajuk "32 Bright Clouds" hadirlah 32 komposisi, antara lain karya komponis paling terkemuka dari Ghana, Suriah, Bhutan, Filipina, Iran, Venezuela, Turki, Yordania dan Indonesia. Pianis dan komponis Indonesia Ananda Sukarlan yang diajak ikut serta dalam proyek ini menjelaskan komposisi yang ditulisnya.
Waktu itu baru kejadian Ahok (Basuki Tjahaja Purnama, gubernur Jakarta) divonis, yang menurut Ananda sangat menyedihkan. Dia bahkan menilainya sebagai sejarah paling hitam di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
"Jadi saya menghubungkan karya saya itu dengan 'Moonlight Sonata' dan judul karya saya adalah 'No More Moonlight Over Jakarta' atau 'Tiada Lagi Tjahaja Purnama di Atas Jakarta'. Kata 'Tjahaja Purnama' adalah nama lengkap Koh Ahok," kata komponis yang selama mudanya berkarir gemilang sebagai pianis dan telah memenangkan sejumlah kompetisi piano internasional seperti Nadia Boulanger Prize di Orleans, Perancis dan konser di lima benua serta menjadi dosen tamu di berbagai universitas di Brazil, Mexico, Spanyol, Belanda, Rusia, Inggris dan banyak lagi.
Yael Weiss memperdanakan karya Ananda beserta para komponis terkemuka itu di Korea (baca https://www.medcom.id/hiburan/musik/nbw7GZ5b-karya-ananda-sukarlan-untuk-ahok-sukses-dibawakan-di-korea ). Setelah itu ia tetap memainkannya di berbagai belahan dunia, dan tanggal 28 dan 29 Oktober tahun ini akan dimainkan lagi di Tokyo dan Niigata. Sebelum pertunjukan perdana di Busan, Korea Selatan, Yael Weiss pernah membuat video ini yang menjelaskan karya Ananda: https://youtu.be/wPLPDUAoeh0?si=I2om4cs2c6Xu6mYR
Ananda Sukarlan bukanlah orang asing di dunia musik klasik Jepang. Ia telah konser bersama orkes di Tokyo Opera City Concert Hall serta Osaka dan Hamamatsu. Ia adalah pianis pertama yang merekam seluruh karya piano komponis paling terkemuka Jepang, Toru Takemitsu (1930-1996). Ananda belajar langsung dari sang maestro Jepang di tahun-tahun terakhir sebelum wafatnya, mempagelarkannya di banyak negara dan kemudian merekamnya di tahun 2005. Rekaman ini sekarang tersedia di spotify dan YouTube. Sebagai direktur artistik Ananda juga telah mengundang 2 pemain orkes muda Jepang, Kenta Iikuzza dan Emi Akiyama untuk bergabung di G20 Orchestra tahun lalu saat Indonesia memegang presidensi G20.
Berikan ulasan