Sejarah mencatat, pada banyak peradaban besar dunia wanita hanyalah dianggap makhluk pelengkap, setengah manusia, dan manusia kelas dua yang hak dan kewajiban bahkan keberadaannya di dunia ini ditentukan oleh laki-laki.
Peradaban Hindu sebelum abad ke-7 Masehi sering menjadikan wanita sebagai sesajen para dewa. Peradaban Yahudi menganggap wanita sebagai sumber laknat dan bencana karena ia yang menyebabkan Adam terusir dari surga. Peradaban Nasrani menyatakan wanita sebagai makhluk yang tidak memiliki kesucian. Bahkan, Peradaban Arab Jahiliyah pun menghalalkan pembunuhan terhadap bayi hanya karena ia terlahir sebagai wanita.
Ilustrasi yang memilukan tersebut menggambarkan kepada kita betapa banyak wanita di masa peradaban sebelum Islam adalah makhluk yang sangat hina, tidak berarti apa-apa, bahkan sangat rendah harkat dan martabatnya.
Tetapi, ketika Islam datang agama ini dengan tegas menentang segala bentuk tindakan diskriminasi, penghinaan, dan penindasan terhadap wanita.
النساء عماد البلاد اذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد
An-nisa ‘imadul bilad idza shaluhat shaluhal bilad, wa idza fasadat fasadal bilad
“Wanita adalah tiang negara. Apabila wanitanya baik maka baik pula negara. Apabila wanitanya rusak maka akan rusak pula negara.”
Maqolah ulama tersebut menegaskan bahwa Islam datang untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita dunia, sekaligus menempatkan wanita dengan posisi yang setara dengan kaum lelaki.
Bahkan Rasulullah SAW. Pernah bersabda dalam sebuah hadits yang mana dalam hadits itu Rasul menyebut kata "Ibu" Dengan pengulangan 3× berturut-turut, lalu setelah itu barulah "Ayah".
Hal ini sangat jelas sekali. Bahwa, Rasulullah sangat berupaya untuk menempatkan posisi kaum wanita setara dengan kaum laki laki.
“Dan orang-orang beriman, laki-laki dan wanita, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Dalam sebuah tafsir yang menjelaskan kandungan dari ayat diatas dijelaskan bahwa, wanita dan laki laki mempunyai harkat dan martabat yang setara dihadapan Allah. Adapun dalam tafsir lain dikatakan bahwa ayat tadi sebagai bentuk penegasan kepada kita bahwa penilaian Allah terhadap manusia tidak dilihat dari jenis kelaminnya. Melainkan pada keimanannya dan ketakwaanya yang dapat dilihat dari hatinya. Sebagaimana sabda Rasulullah:
Innallaha la yanzuru ila ajsamikum wa la ila suwarikum wa la kin yanzuru ila qulubikum
Sejalan dan sejalin dengan dua penafsiran tersebut, dalam sebuah buku karangan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., dijelaskan bahwa Al-Qur’an mengemukakan, laki-laki dan wanita dalam pandangan Al-Qur’an memiliki posisi dan peran yang sama. Laki-laki dan wanita sama-sama sebagai hamba Allah. Laki-laki dan wanita sama-sama sebagai khalifah. Laki laki dan wanita sama sama terlibat secara aktif dalam drama-drama kehidupan. Bahkan Mereka juga sama sama berpotensi mencari pahala dan prestasi.
Dalam semangat kesetaraan gender inilah telah muncul wanita hebat dalam awal masa kejayaan Islam. Seperti Aisyah binti Abu Bakar istri Nabi yang hafal ribuan hadits.Selanjutnya, Syaikhah Syuhda yang lebih dikenal dengan Fakhrun Nisa, atau penghulunya wanita yang jago retorika. Lalu ada Zainab binti As-Syar’i, Munisah binti Malik, dan Syamiyah binti Hafidz, tiga wanita cantik jelit,dan juga ahli pakar dalam masalah agama, bahasa, dan aritmatika.
Mereka itulah wanita-wanita kebanggan kita yang telah mengangkat derajat dan nama besar Islam sehingga menguasai puncak peradaban dunia. Lantas,bagaimanakah dengan peran wanita di negara kita Indonesia, apakah ada?
Jawabannya tentu saja ada, di negeri Indonesia ini pun wanita mempunyai peran yang sangat besar dalam peradaban.Terutama peran dalam melawan penjajahan Belanda.Seperti contohnya, pahlawan emansipasi wanita pertama R.A. Kartini. Yang dengan semangatnya ia terus meneriakkan betapa pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Lalu, ada Dewi Sartika yang berjuang demi kemerdekaan negara Indonesia, dan selanjutnya ada Cut Nyak Dhien, dan masih banyak lainnya.Bahkan di Indonesia pun telah didirikan organisasi yang membela perempuan.
Daripada uraian di atas seharusnya kita patut bangga dengan pencapaian mereka. Mereka telah menunjukkan kepada kita semua bahwa wanita bukanlah makhluk yang lemah, wanita bukanlah seorang tanpa daya, tetapi wanita adalah orang yang dapat berjaya dan siap berperan membangun peradaban negara dan memajukan agama.
Itulah peran wanita dalam kancah kehidupan sosial yang patut sekali kita teladani.(end)
Berikan ulasan