Para pecinta musik klasik di pulau Sumatra patut bangga dan berbahagia bulan-bulan mendatang ini. Pasalnya, komponis & pianis klasik terkemuka Ananda Sukarlan akan mengunjungi empat kota di pulau ini yang sebelumnya hampir "belum terjamah" oleh musik klasik. Selain menjuri dalam Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+), ia juga akan tampil bermain piano serta menyapa para penggemar musik klasik.
Walaupun namanya ada "piano"-nya, Kompetisi Piano Nusantara Plus adalah kompetisi untuk semua instrumen dan vokal klasik. KPN+ tahun ini akan berlangsung di 11 kota, dan dimulai dengan Medan, Bandung dan Padang Panjang. Palembang dan Bandar Lampung menyusul di bulan Oktober, dan pendaftaran untuk dua kota ini masih dibuka sampai pertengahan September (bisa hubungi Instagram @anandasukarlan atau @pianonusantaraplus ). Para pemenang KPN+ di babak final di Jakarta Desember nanti akan menerima "Golden Ticket to Ananda Sukarlan Award", dimana mereka bisa langsung masuk ke babak final kompetisi paling bergengsi di Indonesia ini tanpa melalui babak sebelumnya.
Di Medan, sehari setelah kompetisinya, Ananda Sukarlan akan konser tanggal 31 Agustus bersama para pemenang KPN+ 2024 dari Medan yang juga telah berjaya ASA 2025, yaitu pemain biola 15 tahun Veeshan Nathaniel Tandino dan pianis Jeane Halim. Konser yang dimulai pukul 14.00 itu akan berlokasi di Avia Music Centre, Setia Budi, dan juga akan menampilkan para pemenang KPN+ region Medan 2025 yang kompetisinya diselenggarakan hari sebelumnya yaitu 30 Agustus di tempat yang sama.
Bulan depannya komponis yang tahun 2020 masuk daftar 100 tokoh seniman Asia paling berpengaruh “Asian Most Influential (AMI)” oleh grup media Mobiliari Group lewat majalah Tatler Asia ini akan ke Bandung tanggal 7 September serta Padang Panjang 20 September. Di Padang Panjang jadwal cukup padat karena kompetisi dimulai pagi hari pukul 10 di auditorium Institut Seni Indonesia, dan malamnya adalah konser para pemenang, dimana Ananda juga akan tampil. KPN+ di Padang Panjang diinisiasi oleh pemain viola muda Sendi Orysal dan WESSA (West Sumatra Sound Aesthetic) yang juga merupakan pencetus kegiatan musik klasik di Padang.
Nah, Bekasi tahun ini tidak ketinggalan lagi! Tahun lalu, KPN+ telah sukses menempatkan Bekasi, Depok dan Cikarang di peta musik klasik Nusantara (baca : https://bekasiana.com/listing/kunjungan-maestro-musik-klasik-ke-bekasi-bersejarah-berdampak-luas-dan-dalam/ ), tahun ini KPN+ kembali akan dilaksanakan tanggal 28 September di Hotel Santika Mega Bekasi untuk mengulang, bahkan mengungguli kesuksesan tahun lalu. Kali ini Ananda Sukarlan menjuri didampingi pianis muda anggun dan berbakat, Akina Selena. Para pianis, pemain alat gesek serta vokalis klasik (kategori Tembang Puitik) bisa segera mendaftar lewat Instagram @pianonusantaraplus atau ke penyelenggara regional yaitu Signature Music Academy.
Ananda Lantunkan Musik Minang dengan Sydney Concert Orchestra di Australia
Bicara soal Sumatra Barat, karya orkes Ananda baru saja diperdanakan oleh Sydney Concert Orchestra (SCO) dipimpin konduktornya, Omid Moheb-Zadeh, di Verbrugghen Hall, Sydney, 16 Agustus lalu. Karya tersebut adalah "Fantasy on Kampuang Nan Jauh di Mato", sebuah lagu daerah asli Minang yang dikemas dalam orkes klasik yang virtuosik dan penuh warna. SCO tampil prima dan disambut dengan sangat meriah oleh penonton Australia serta beberapa orang Indonesia yang bermukim di Sydney yang mengaku merasa terharu mengenang "kampuang" mereka. Tampil juga pemain cello muda pemenang SCO Concerto Competition 2024, Rena Tang dalam karya "Rococo Variations" dari Peter I. Tchaikovsky. Berikut video pertunjukan perdana itu :
https://youtu.be/G-e8VHVttdA?si=wJ48PKZbcSryBZzm
Ada beberapa musikus Indonesia yang tampil bersama SCO. Mereka umumnya adalah lulusan Australian Institute of Music di Sydney dan sekarang tinggal dan berkarir di Sydney, yaitu Chrissia Monica, Josephine Lumanau dan Jesslyn Devika Lo. Sebetulnya ada dua lagi anggota SCO yaitu Aurell Marcella Felicia (yang terpilih juga menjadi anggota G20 Orchestra) dan Nasya Lilananda, tapi minggu lalu mereka absen untuk konser ini karena jadwal kegiatan lain yang bentrok.
Dengan memprogram pertunjukan perdana "Fantasy on Kampuang Nan Jauh" di Australia, Sydney Concert Orchestra dan sang dirigen Omid Moheb-Zadeh telah melakukan gestur diplomasi dan solidaritas budaya yang sangat bernilai, bukti nyata pertukaran nyata antar budaya. Ini pertama kalinya sebuah orkes yang terkemuka di Australia memainkan, bahkan memperdanakan sebuah mahakarya dari komponis Indonesia yang memang telah mendunia. Masyarakat Australia dan pecinta musik klasik pada umumnya sudah familiar dengan melodi "Kampuang Nan Jauh di Mato" dari karya piano Ananda yang telah melegenda, "I wish Matilda Had Waltzed to Minang", yang memadukan lagu Australia "Waltzing Matilda" ciptaan Banjo Paterson dengan "Kampuang", sehingga mereka kini lebih mudah mengikuti dan mencerna bagaimana Ananda mewarnai motif lagu ini dengan berbagai corak dan tekstur instrumen gesek. Oleh karena itu, Ananda juga akan membawakan "I wish Matilda Had Waltzed to Minang" dalam konsernya di Padang Panjang (Institut Seni Indonesia) 20 September nanti, juga sebagai ungkapan terima kasih kepada Australia, melengkapi sebuah siklus diplomasi budaya yang canggih, prestisius dan mumpuni.
Bulan Juli lalu Ananda diundang oleh Australian Institute of Music (AIM) di Sydney sebagai Composer in Residence. Tugasnya adalah membimbing para mahasiswa AIM dalam mempelajari musiknya, serta memberi ceramah dan kuliah tentang konsep dan proses kreatifnya. Sebanyak 20 mahasiswa AIM dari bidang piano, instrumen gesek dan vokal klasik menjadi peserta aktif program ini selama seminggu yang kemudian konser di hari terakhir program ini, menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dari sang komponis yang telah disebut oleh harian Sydney Morning Herald sebagai "one of the world's leading pianists, at the forefront of championing new piano music" ini. Dalam periode itu ia juga memberi pengarahan atas karya orkesnya "Fantasy on Kampuang" kepada konduktor SCO, Omid Moheb-Zadeh yang lahir dan besar di Iran dan juga adalah salah seorang lulusan terbaik Australian Institute of Music, bimbingan Dr. Wojciech Winiewski, Dr. Suzanna Hlinka, dan Dr. Alistair Noble.
Berikan ulasan