-- Tuberkulosis (TBC) bukan hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga terkait dengan masalah sosial yang serius, yaitu stigma dan diskriminasi terhadap pengidap TBC. Untuk mengatasi tantangan ini, Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) telah berupaya untuk mengadakan Forum Group Discussion (FGD) sebagai wadah diskusi bagi para pasien pengidap TBC guna mengurangi stigma dan diskriminasi, yang berlokasi di RSUD Matraman Jakarta Timur pada hari senin (17/07/2023).
Stigma dan diskriminasi terhadap pengidap TBC menjadi hambatan besar dalam upaya pencegahan dan penanganan TBC. Beberapa di antara mereka yang terkena TBC seringkali mengalami penolakan dari lingkungan sekitar, termasuk keluarga, teman, dan masyarakat luas. Hal ini menyebabkan mereka enggan mencari perawatan dan seringkali mengisolasi diri, sehingga menyulitkan upaya penanganan dan pengendalian TBC.
Dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) ini, Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) juga menyoroti fakta-fakta tentang TBC, menghapus stigma yang salah tentang penyakit ini, dan juga berbagi kisah sukses pengidap TBC yang telah sembuh untuk menginspirasi para pasien TBC lainya, serta mensosialisasikan kanal pengaduan untuk pasien TBC guna meningkatkan pemahaman pasien terkait CBMF (melaporkan permasalahan yang mereka alami) yang bekerjasama dengan LSM dan komunitas peduli TBC lainya.
Mengutip dari Efendi (LBH Indonesia Raya): “Diskriminasi terhadap pengidap pasien TBC kerapkali membuat para pejuang TBC semakin dikesampingkan. Hal ini tentu menjadi problem bagi penyandang TBC, maka perlu adanya pendampingan secara berlanjut. Oleh karenanya dengan adanya dukungan parsial yang lebih terstruktur, serta strategi yang kreatif dan kerjasama tentu menjadi point penting dalam pengawasan proses pengobatan berkelanjutan".
Oleh karena itu. Melalui sosialisasi ini, Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) juga menekankan pemahaman dan kesadaran kepada pasien terkait pentingnya Community-Based Monitoring Feedback (CBMF) dalam penanggulangan tuberkulosis di Indonesia. Tentunya, masyarakat juga memiliki peran aktif dalam mengatasi stigma dan diskriminasi pengidap TBC. Dengan memberikan dukungan moral dan memahami bahwa pengidap TBC juga layak mendapatkan kesempatan yang sama dalam kehidupan.
Antusias masyarakat, pelayanan kesehatan, serta pemerintah dalam kegiatan forum discussion (FGD) yang diadakan oleh Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) menjadi fondasi yang kuat dalam melawan stigma dan diskriminasi terhadap pengidap TBC, menciptakan lingkungan yang inklusif, dan mewujudkan masyarakat yang lebih berempati dalam menghadapi TBC.
Berikan ulasan