Tubercolusis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah dan tantangan kesehatan global yang signifikan untuk segera disikapi. Oleh karenanya, Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) mengadakan kegiatan Forum Grup Discusion (FGD) sebagai wadah diskusi bagi para pasien pengidap TBC, yang berlokasi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu Jakarta Selatan pada hari Kamis (20/07/2023).
Menurut laporan Global TB Report 2022 yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO), penyakit menular tuberkulosis meningkat selama masa pandemi Covid 19 dari tahun 2020-2022. Laporan itu juga menyebut kasus TBC di Indonesia meningkat sebesar 15 persen di tahun 2020-2021.
Melihat kasus yang kian meningkat, pemerintah harus terus berkomitmen untuk menekan pencegahan TBC yang berkelanjutan. Hadirnya Pejuang Tangguh (PETA), Konsorsium Komunitas Penabulu STPI, POP TB Indonesia juga berperan menjadi pendukung dan memperkuat sistem organisasi kesehatan sebagai upaya dalam menyintas TBC.
Dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) ini, Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada penderita TBC tentang pengobatan yang tepat, pentingnya konsistensi minum obat, dan perawatan kesehatan selama masa pemulihan, serta mengedukasi tentang pencegahan penularan yang dapat dilakukan. “Pasien TBC RO dapat sembuh jika obat lengkap selama pengobatan di minum sesuai dengan yang di instruksikan.” ucap Dr. Sri Dhuny.
Salah satu faktor sulitnya menekan angka TBC di Indonesia adalah adanya diskriminasi dan stigma buruk terhadap pengidap TBC. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC kerap kali membuat para pejuang TBC semakin dikesampingkan. Hal ini membuat pasien yang terkena gejala TBC enggan untuk periksa diri ke fasilitas kesehatan, sehingga angka TBC terus meningkat tanpa adanya penanganan berlanjut.
Mengutip dari Dr. Ika: “Salah satu faktor pasien menjadi sulit berobat adalah perasaan takut, kalo misal pengidap terkena TB akan terkena stigma negatif dan diskriminasi dari lingkungan. Pihak keluarga yang tidak di investigasi atau diperiksa sehingga masih ada kemungkinan pihak keluarga tertular dan tidak diperiksa”.
Oleh karena itu. Melalui ini, Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) mensosialisasikan kanal pengaduan untuk pasien TBC untuk meningkatkan pemahaman pasien terkait CBMF (melaporkan permasalahan yang mereka alami) yang bekerjasama dengan LSM dan komunitas peduli TBC lainya.
Tentunya, masyarakat juga memiliki peran aktif dalam mengatasi stigma dan diskriminasi pengidap TBC. Dengan memberikan dukungan moral dan memahami bahwa pengidap TBC juga layak mendapatkan kesempatan yang sama dalam kehidupan.
Dengan semangat kolaboratif antara Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) dan pihak yang mendukung, acara ini dapat berjalan dengan lancar hingga akhir. Diharapkan kegiatan serupa akan terus diadakan secara berkala untuk terus meningkatkan pemahaman masyarakat dan mengurangi angka TBC di Indonesia.
Berikan ulasan