Sedikit mengenang kepergian putra daerah yang baik cakap dan dapat dihandalkan. Henu Eska begitulah nama yang melekat teman sebayanya.
Henu kader nasionalis yang tulen. Buah pemikirannya kerap menjadi cibiran publik. Cuitannya sering membuat telinga panas.
Buah tulisannya di sejumlah opini tak diragukan lagi. Referensi segudang buku pun menjadi saksi bisu kupasannya.
Belum lama ini saya menyempatkan membahas nama Henu. Beberapa teman aktivis 98 pun mengakui Henu adalah orang yang garang atas bentuk ketidakadilan.
Namanya tercatat setiap gerakan reformasi. Tak banyak berucap, tapi kongkrit dalam bertindak.
Bahkan, belum lama ini dia aktif menulis. Salah satunya di kolom artikel bekasiana. Takjub, Henu adalah orang yang ahistoris. Banyaknya tulisan yang dibuat sebagai referensi buah pemikirannya.
Diawali dengan tulisan Dan Mereka Gagal Jadikan PDI Perjuangan Sebagai Musuh Bersama. Masih banyak lagi tulisan yang sudah ditelurkan Henu Eska.
Namun, Henu sempat tak terdengar kabar. Artikelnya pun jarang di publish. Kabar yang diterima Henu menderita sakit.
Sakitnya Henu dianggap masih sakit ringan. Hingga beberapa hari kemudian Henu kembali aktif di media sosial.
Dan tanggal 27 Juli 2020 Henu Eska kembali menancapkan kukunya diatas kertas. Dia kembali menulis sebuah artikel yang akhirnya dijadikan momen perpisahan.
Artikel yang ditulis tentang Mereka Gagal Lagi. Tulisan itu mengulas sial RUU HIP. Dalam kalimat akhirnya tetap masih sama ditulis Henu Eska Spidol Merah.
Selamat jalan Bang Henu, gagasan dan ide-ide kamu bakal dicatat dalam sejarah. Buat kami di bekasianer pemikiran Bang Henu masih nyata dan tak pernah habis.
Innalilahi Wainnalilahi Rojiun Doa dari kami Bekasianer terus kita panjatkan untukMu Henu Eska
Tim
Berikan ulasan