Semakin dekat hari pencoblosan pemilu biasanya suasana politik ditengah masyarakat makin hangat. Upaya para kandidat untuk meraih dukungan masyarakat seringkali menimbulkan keterbelahan dan gontok-gontokan.
Seharusnya masyarakat bersuka cita menghadapi pemilu, bukan malah risau. Presiden Jokowi menegaskan masyarakat itu harus bergembira, harusnya rakyat itu dalam berpesta itu bersuka cita, bukan kekhawatiran, bukan keresahan, bukan kerisauan yang hadir, tetapi kegembiraan dan suka cita.
Seruan Presiden sangat tepat karena sejatinya penyelenggaraan pemilu serentak bukan kali pertama dalam perjalanan bangsa. Sebagai negara demokrasi, pemilu telah berlangsung secara rutin setiap lima tahun sekali sehingga rakyat sudah terbiasa dan matang dalam menyikapi perbedaan pilihan.
Pemilu sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat untuk memilih Presiden/Wakil Presiden dan anggota legislatif menyediakan beragam pilihan bagi masyarakat. Sebagai contoh pada Pemilu Serentak 2024 tersedia 3 pasangan calon presiden/wakil presiden serta ribuan calon anggota legislatif yang diajukan oleh 18 partai politik.
Setiap peserta pemilu berlomba-lomba menarik simpati masyarakat dan menawarkan program serta gagasan yang terbaik. Menyuarakan aspirasi masyarakat untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih maju dan sejahtera. Untuk itu sepatutnya kita menyikapinya dengan kedewasaan dan kegembiraan meski berbeda pilihan.
Menyambut pemilu dengan kegembiraan karena kita menyadari sebagai bangsa yang majemuk maka menjaga persatuan dan kesatuan adalah yang paling utama. Pemilu sebagai sarana integrasi bangsa yang digelorakan oleh KPU harus tercermin dalam praktik penyelenggaraannya yang jujur dan adil.
Publik akan merasakan kegembiraan saat menuju bilik suara karena menyadari bahwa perbedaan pilihan bukanlah harga mati. Namun, yang harus senantiasa ditanamkan adalah menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Ibarat sebuah perlombaan maka pemilu harus mampu menghadirkan kegembiraan. Setiap peserta akan berusaha untuk memenangkan pertandingan dan siapapun pemenangnya selayaknya kita berikan apresiasi dan tepuk tangan. Jangan kita terjebak dalam provokasi murahan yang menebar permusuhan dan perpecahan. Pemilu sementara, persatuan dan persaudaraan sebangsa selamanya.
Saat ini kita disuguhi beragam ‘brand politik’ sebagai sarana kampanye dari kandidat untuk menarik minat masyarakat. Sebagai contoh politik santuy yang diusung oleh Partai Solidaritas Indonesia dan capres gemoy yang disematkan kepada Prabowo Subianto.
Santuy dan Gemoy merupakan bahasa gaul yang tidak bisa luput dalam kehidupan sehari-hari. Selalu muncul kosa kata baru yang digunakan generasi millenial dalam pergaulannya, salah satunya kata santuy.
Santuy artinya santai atau rileks yang merupakan plesetan dari kata santai itu sendiri. Kata santuy bisa mendefinisikan sifat orang dan situasi, tergantung konteks pembicaraan. Misalnya, jika digunakan untuk kata sifat, artinya seseorang yang dimaksud memiliki pribadi yang santai dan tidak ribet.
Ia tidak menganggap serius setiap permasalahan yang ada. Sehingga, pikirannya pun akan selalu tenang dan bebas. Sementara, jika mendefinisikan situasi, santuy artinya keadaan di mana lingkungan sekitar cenderung santai dan tenang. Situasi santuy dinilai lebih fleksibel dan tidak menuntut keramaian yang sifatnya mengganggu.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep dalam pidato resmi pertama kali sebagai Ketua Umum PSI meminta seluruh kader PSI untuk berpolitik dengan santuy dan santun. Seluruh kader PSI agar tidak menggunakan strategi konfrontatif dalam menjalankan politik menuju Pemilu 2024, misalnya mencela, menjatuhkan pihak lain, hingga memecah belah masyarakat.
Kaesang mengajak seluruh pengurus dan kader PSI fokus menjalankan politik dengan kegembiraan dan dalam meraih kemenangan, kita tidak perlu menggunakan strategi konfrontatif dan menebarkan permusuhan. Kaesang optimis, PSI yang merupakan partai anak muda bisa meraih kesuksesan dan lolos parlemen pada Pemilu 2024.
Pesan santuy dan santun sebagai jalan ninja politik Kaesang dan PSI terpampang melalui baliho yang bertebaran di jalanan. Semangat baru dan kesegaran santuy yang diusung oleh PSI membawa nuansa baru dalam menyongsong pemilu dengan kegembiraan. Meskipun banyak yang menuding miskin gagasan namun politik santuy yang dikampanyekan oleh Kaesang dan PSI dinilai mampu menarik dukungan masyarakat.
Sementara sebutan ‘gemoy’ yang kerap dilekatkan warganet ke calon presiden Prabowo Subianto belakangan kian diamplifikasi Tim Sukses Prabowo-Gibran untuk menarik atensi publik. Namun, cara itu mendapat kritik karena dianggap sebagai gimik yang tak mendidik.
Joget gemoy menjadi fenomena politik saat ini. Gemoy viral dan sangat populer di media sosial. Ada yang menyamakan fenomena 'gemoy' yang menjadi brand politik Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Roslan Roeslani mengeklaim narasi "gemoy" yang disematkan terhadap jagoannya muncul dan menyebar secara organik di masyarakat. Roslan mengaku pihaknya tidak menggagas narasi "gemoy" untuk Prabowo Subianto. Ia mengatakan, itu berdasarkan ketertarikan yang muncul dari kelompok anak muda.
Anak-anak muda ini kita harus tarik atensinya dan harus diingat ini yang 'gemoy' ini yang begitu sekarang menjadi perhatian dan menarik perhatian para anak muda itu tubuh secara organik loh, bukan kami yang bikin ini. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran capres gemoy memang menjadi daya tarik tersendiri bagi publik.
Calon Presiden Prabowo Subianto turut merepon fenomena kata gemoy. Dia mengaku pipinya sampai dicubit oleh emak-emak. Apalagi sekarang ini ada fenomena gemoy itu loh. Ada emak-emak yang cubit pipi saya.
Menurut Prabowo inilah yang dinamakan demokrasi. Rakyat ingin menyentuh pemimpinnya. Prabowo pun merasa bahagia dengan ini. Prabowo mengatakan, bersama Gibran akan terus terjun ke masyarakat.
Meski berdasarkan sejumlah lembaga survei Prabowo-Gibran mendapatkan dukungan besar dari masyarakat, dia bersama Cawapres RI Gibran Rakabuming Raka akan terus terjun ke banyak daerah. Dirinya merasakan getaran rakyat. Merasakan harapan rakyat yang menghendaki keberhasilan Presiden Jokowi dalam membangun negeri agar dilanjutkan.
Sekarang istilah ‘politik santuy’ dan ‘capres gemoy’ telah tertanam di benak masyarakat menjelang hari pencoblosan. Setiap peserta pemilu, baik pilpres maupun pileg tentu memiliki gagasan dan program yang baik untuk kemajuan bangsa. Tinggal bagaimana cara mengemas dan mengkomunikasikan kepada publik dengan bahasa yang mudah dan ringan.
So, tinggal kita tunggu saja akankah ‘santuy’ dan ‘gemoy’ mampu memikat rakyat untuk memilih PSI sebagai partai politik dan Probowo-Gibran untuk kemajuan bangsa. [RAM/DWH]
Berikan ulasan