Sebuah acara menarik membuat Bekasi makin menunjukkan pamornya dalam perkembangan musik klasik Indonesia. Acara tersebut adalah "Meet & Greet with Ananda Sukarlan", sebuah acara santai dimana penonton bisa bertanya apa saja kepada komponis yang tahun 2020 masuk dalam daftar 100 tokoh seniman Asia paling berpengaruh “Asian Most Influential (AMI)” di majalah Tatler Asia oleh grup media Mobiliari. Acara ini berlangsung Sabtu sore, 27 September di Hotel Santika Mega Bekasi, diselenggarakan oleh Signature Music Academy dibawah pendirinya Fabian Febiano sebagai pembawa acara. Acara ini juga dalam rangka Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+) 2025 yang diadakan sehari setelah acara Meet & Greet ini, juga di Hotel Santika dimana Ananda menjadi juri didampingi pianis muda berbakat Akina Selena, peraih gelar Master dengan predikat Summa Cum Laude dari Boston University dan juga pernah menjadi finalis Ananda Sukarlan Award.
Sekitar 50an penonton memenuhi ruangan di Hotel Santika di sore hari yang cerah. Mereka bukan hanya dari kalangan pecinta musik, tapi juga dari semua kalangan. Bahkan hadir penyair & sastrawan terkemuka Bekasi, Budhi Setyawan dan istrinya. Hadirin menghujani Ananda Sukarlan dengan berbagai pertanyaan. Ananda sendiri mengenakan pakaian desain tenun Rosdhani, di mana sang desainer, Sri Rosdhanimurti juga terlihat hadir. Magnet Ananda terasa jelas di segi intelektualitas dan selera humornya yang tinggi dan berkelas, selain kemampuan bermusik dan menguraikan proses kreatif yang menginspirasi para musikus muda yang hadir. Ananda menjelaskan beberapa opini dan juga pengalamannya yang beberapa diantaranya dapat dirangkum :
- Seni dan seniman harus berkontribusi untuk masyarakat, apalagi di Indonesia dimana tidak ada dukungan pemerintah terhadap seni. Seniman dan publik saling menghidupi, dan itu bukan berarti seniman harus melayani selera publik dengan seninya: seni tetap harus bernilai tinggi untuk mencerdaskan serta membuat masyarakat semakin terbuka dan toleran. Ini masih berhubungan dengan Pertemuan Penyair Nusantara XIII yang diadakan 11-13 September lalu, dan diskusi online masih hangat sampai sekarang (baca rangkuman semua diskusi ini di
https://kitaanaknegeri.com/rangkuman-kehebohan-musik-klasik-dan-sastra-belakangan-ini/
- Baik KPN+ maupun Ananda Sukarlan Award (ASA) kini lebih berkomitmen untuk mendukung pendidikan dan karir para pemenangnya, dengan memberikan beasiswa untuk pendidikan baik di luar negeri (kursus musim panas di Prancis, masterclasses dan keringanan uang kuliah di Australian Institute of Music) maupun dalam negeri. Tahun ini bekerjasama dengan Institut Francais d'Indonesie, Ananda Sukarlan Center memberi beasiswa kepada 4 pemenang ASA untuk ikut masterclasses dengan Trio Saint-Saens di kunjungannya ke Jakarta.
Desember nanti giliran pianis Ukraine, Taras Filenko memberi masterclasses (bekerjasama dengan Rotary Club --dimana Ananda telah diangkat menjadi Honorary Member sejak 2023 -- dan Kedutaan Besar Ukraine di Jakarta). Beberapa pemenang KPN+ regional 2025 terutama di Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta & sekitarnya juga akan mendapatkan kesempatan tampil bersama Taras Filenko dan Ananda Sukarlan di konser bersamanya Desember 2025 nanti. Pemenang kategori Tembang Puitik berkesempatan tampil diiringi oleh sang komponisnya Ananda Sukarlan sendiri. "Exposure, itu salah satu hal penting yang dibutuhkan para pemenang kompetisi kami. Jangan terpaku pada medali atau piala, itu bukan tujuan akhir, tapi justru anak tangga pertama dari karir yang panjang. Itu kunci untuk pintu karir kalian. Nah kuncinya sudah kalian pegang, kini kalian harus melangkah masuk pintu itu, jangan cuma dibiarkan terbuka", kata Ananda. "Masyarakat juga harus tahu siapa dan kualitas para pemenang itu, sehingga calon-calon produser dan promotor bisa menghubungi mereka kalau membutuhkan seniman untuk kepentingan pertunjukan atau diplomasi budaya", lanjutnya. ASA memang telah melahirkan banyak seniman klasik handal seperti soprano Isyana Sarasvati, Pepita Salim, Mariska Setiawan, atau para pianis Calvin Abdiel Tambunan, Dr. Edith Widayani atau Michael Anthony Kwok yang tunanetra dan penyandang autisme.
- Pemenang KPN+ akan mendapatkan golden ticket ke ASA edisi berikutnya, yang artinya mereka langsung masuk babak final ASA tanpa mengikuti babak semi final / pre-seleksi sebelumnya.
Pendaftaran untuk mengikuti Kompetisi Piano Nusantara Plus masih terbuka untuk region Pontianak, Surabaya, Yogya dan Jakarta. Kategori mencakup vokal klasik (tembang puitik), instrumen gesek dan tentu piano (solo dan 4 tangan).
(baca juga https://bekasiana.com/listing/ananda-sukarlan-tokoh-tembang-puitik-indonesia/ )
Ananda Sukarlan Award adalah kompetisi musik klasik pertama dan kini paling bergengsi di Indonesia, meminjam nama komponis & pianis yang ditulis oleh Sydney Morning Herald sebagai "One of the world's leading pianists at the forefront of championing new piano music" ini. Ananda Sukarlan sendiri sebetulnya telah diminta Yayasan Cipta tahun 1999 untuk mendirikan kompetisi piano "Cipta Award" tapi tidak berlangsung lama. Itu sebabnya Pia Alisjahbana (pendiri Femina Group) mengajaknya untuk mendirikan kompetisi baru dengan konsep yang sama sehingga lahirlah Ananda Sukarlan Award atau ASA tahun 2008.
Pada tahun 2011, Amadeus Enterprise di Surabaya dengan pendirinya Patrisna May Widuri mendirikan kompetisi “Tembang Puitik Ananda Sukarlan”. Sejak pandemi, pihak Ananda Sukarlan Center mengambil alih dan menggabungkannya, sehingga kini ASA adalah untuk semua instrumen dan vokal klasik.
Ananda Sukarlan sendiri mengakui ketangguhan dan kesulitan ASA dalam semua kategori yang memang diperuntukkan bagi para musikus yang sudah kuliah musik atau bahkan profesional, sehingga ia menciptakan kompetisi yang lebih "bersahabat" yaitu Kompetisi Piano Nusantara (KPN) tahun 2016. KPN ditujukan kepada musikus yang lebih muda, bahkan yang belum pernah ikut kompetisi, dan juga yang masih pemula. Setelah terputus karena pandemi di 2020, KPN diselenggarakan kembali tahun 2024, kini dengan tambahan "plus" artinya berlaku untuk semua instrumen dan vokal klasik.
Berkat KPN+, beberapa kota yang tadinya "belum tersentuh" oleh musik klasik mulai menggeliat dan menunjukkan bakat-bakat terpendamnya, seperti contohnya Bekasi, atau kota-kota di Sumatra seperti Bandar Lampung, Padang Panjang atau Pontianak di Kalimantan Barat bulan depan.
Berikan ulasan