Hampir satu pekan kemarin, tak lagi bertemu dengan dua rekan diskusi. Satu pria berbadan gembul, satu lagi lelaki dengan berawakan kecil. Keduanya, merupakan rekan yang tak pernah dipisahkan. Ketidakhadiran di kursi kantin membuat kopi hitam dan jus melon tak lagi berada deretan meja makanku.
Rupanya, keduanya lagi sibuk dengan urusan organisasinya. Konon, keduanya adalah lelaki yang aktif dengan kegiatan sosial. Dan kebetulan dalam kurun waktu seminggu, keduanya disibukan dengan padatnya acara organisasi yang mereka miliki. Setelah menyapa jauh melalui pesan Whatsapp jawabannya seperti tak berkawan. Jawaban singkat, padat, dan seperlunya saja menjawab.
Hanya satu rekan yang menjawab. Lelaki berbadan gembul itu menceritakan, kondisi yang dialaminya satu pekan terakhir. Dengan tulisan pesan merayap layaknya seorang yang sedang bingung, dia menceritakan, bila banyak sekali kepentingan dalam organisasi. Tak ada lagi, kepentingan kader, tak ada lagi kepentingan organisasi. Tapi banyak kepentingan pribadi yang masuk meradiasi dalam rapat musyawarah luar biasa itu.
Dari cerita yang dilontarkan itu, ternyata sosok pria yang aku kenal juga. Remaja yang masih bersusah payah mencari jalan masa depan. Pekerjaannya selalu membuat bargening-bargaining. Wajar, hingga sekarang orang yang disebut lelaki gembul itu tak pernah mendapat prestasi di luar sana.
Dan ada lagi rekan yang diceritakannya, bila sosok kehadiran lelaki itu juga membawa kegamangan untuk berorganisasi. Maklum, orang itu adalah pencetus gagasan-gagasan organisasi. Tapi, apakah layak, bila seorang pencetus, dan sang proklamator mau mengorbankan jerih payahnya hanya persoalan perut. Tentu naif sekali, bila jawabannya ‘Ya’. Karena, tangan kotornya akan mencoret namanya di dunia aktivisme.
Meski, hanya bisa mendengar, tapi aku selalu memberikan masukan. Tetap membawa kedua rekanku untuk bisa menjadi yang mandiri, bebas tekanan, dan tak ada intervensi. Satu lagi, teruskan jaringan yang sekarang dimiliki. Akses yang sudah terbuka jangankan tertutup kembali. Kembalikan kopi hitam dan jus melon di meja makan siangku.
Semoga, semuanya berjalan lancar, untuk dua rekanku. Berikan rekanmu sunrise baru untuk bisa menatap matahari yang benar. Jangan pernah menoleh ke belakang, terus melangkah kedepan. Sukses buat anda berdua. Cekidot.... !!??
Berikan ulasan