Kali ini kudapati lokasi duduk dibawah tenda parasol. Ditemani seruputan kopi hitam, tak terasa sudah berbatang-batang rokok terhisap.
Lokasi yang sepi, tanpa ditemani tiupan angin dari seberang anak kali di belakang, suasana berubah hening. Kerutan keningku tetap saja tak berubah. Tanda segudang masalah kualami.
Rasanya, ingin teriak hingga cakrawala mendengar. Ku longok kiri kanan dari tempatku duduk tak ada satupun yang mampu kupandang. Benar sunyi.
Kesunyian yang abstrak. Sepi yang dibuat-buat. Hening yang diubah dari keadaan. Kondisi pandemi menghilangkan banyak harapan.
Situasi yang menegangkan membuat pikiran kalut. Tempat bekerja yang biasa dijadikan senderan menutupi kebutuhan terseret badai. Badai mirip Tsunami.
Failit, kondisi ekonomi ku. Tercerai langitku. Semuanya menjadi asa. Sesekali ku tengok saku ku, hanya uraian benang celana. Tak berisi. Apakah pertanda badai bakal kualami.
Suara bising burung sudah tak santar. Semuanya redup. Kicauan burung-burungku seperti dihilangkan. Mereka seolah tahu, tuannya tengah dilanda kesunyian.
Foto kurung bukadotcom
Berikan ulasan